Selasa, 02 Februari 2016

Dialog Sajak di Satu Februari



Hari itu hujan membisu 
Kita saling menatap terbius oleh pekat hitam di masing masing mata
Tanpa ada kata kita tertawa

Mungkin kita sudah gila

Aku bisa melihat siapapun
Menatap mata siapapun
Tak ada tidak, lalu kutelusuri tengkuk jiwanya
Semua manusia.

Tapi tidak dengan malam itu,
Aku bahkan tak berani melihat matamu.🙈

Aku terlalu kecil untuk menyadari
Mengendalikan
Atau bahkan, hanya sebatas merasakan

Suatu kali, aku meledak-ledak seperti lubang pistol
Lalu mendadak tercekat,
atau juga menangis di belakangmu

Aku tak pandai mengisyaratkan
Tak lihai menyembunyikan
Hujan, aku merasakan tetesnya.

Malam itu waktu bergerak seperti biasanya
tanpa pernah ada yang mampu menghentikan

Tapi hari itu hujan dan dirimu berkonspirasi
merebut waktu untuk dijadikan milikmu seorang

Lalu dengan tawamu aku dipenjarakan

Aku ingin tahu banyak tentang Orion
Lebih banyak lagi
Saat subuh, awan bakal tersibak
Gerimis kecil sirna
Dan kita di antara pohon sendu yang memetakan bintang-bintang yang tersusun.

Aku ingin melakukannya lagi,
Lagi dan lagi,
Sepanjang bulan, sepanjang waktu
Sampai nanti, kau tak kulihat lagi.

Ah, dia lagi
Pria yang terburu buru
Pergi melepas segala

Punggung itu lamat menjauh
Dalam diam tanpa ada jawaban

Ketakutan mendadak memburu
Sesak memenuhi dada

Tidak belum saatnya

Aku masih selalu membayangkan
Dulu saat masih kecil
Aku menangis, sejadi-jadinya
Karena melihat ibuku pergi mengambil sarang ayam tanpaku

Aku sedang cemburu, saat ibuku meninggalkanku
Ada perasaan yang aneh,
Ya, sungguh egois

Rasanya sahabatku hanya untukku

Ternyata aku harus belajar untuk cukup dewasa
Melihat sahabatku, juga memiliki sahabat lain
Melihat dia tertawa dengan orang lain
dan aku melewatkan sesuatu
Senyumannya, dari kejauhan

Aku mengamati nya dari sudut mataku
Tak bergeming entah apa yang dipikirkannya
Sekali dua kali aku terpancing untuk menyapanya
Tapi urung, aku tak ingin menganggunya

Ah, apa yang sedang dipikirkannya
aku tak tahu.
Kepergiannya satu satunya yg dijanjikannya
Apa bedanya dengan berteman dengan kesendirian

Hujan ini makin deras
Tapi angin itu makin kencang mengoyang air hujan yang jatuh

Ah, apa yang harus kulakukan

Aku akan tetap jalan di belakang,
Tepat di belakang,
Memastikan bahwa semuanya baik-baik saja
Aku tahu bagaimana rasanya kopi itu
Tapi tak ada yang tahu bagaimana rasa kopiku

Aku seperti sudah gila dengan diri sendiri
Memastikan bahwa tak ada orang lain yang bisa menyakiti
Derap kakinya menggetarkanku
Saat aku kedapatan menyimpan benda itu
Perlu engkau tahu
Aku rajin mencuri benda itu.

Hujan,
malam ini sungguh deras
Aku ingin tidak melakukan apa-apa
Aku hanya perlu melihat tetesannya jatuh
Ternyata kita sedang beradu di titik yang sama
Ku dengar lirihmu, kau dengar
Kita hanya terdiam

Hujan ini semakin deras.
Derap hati mengimbangi dengan cepat
Bayangan itu tidak berhasil kutangkap
Kekalutannya tak berhasil kudekap
Mungkin aku egois

Lagi, ketakutan ini meyergap
hanya ketidakpastian yang menanti
Ah, lagu itu menggema di telinga
Mungkin kita memang rasa yang tepat di waktu yang salah

Lalu kita melakukan hal-hal bodoh
Hal-hal gila hingga konyol
Sesederhana hujan menumbuk nurani kita

Kita melihat langit yang sama
Dari kabut menjelma,
menjadi surut yang lenyap
Keheningan itu menyengat telinga,
kita tertidur di langit yang sama

Bulu mataku menjelma
Menahan butiran air hujan
Ada sesuatu yang menyusup di hatiku.

Aku tak pernah tahu dengan datangnya waktu

Aku ingin waktu semacam ini tak pernah usai
Ketika hujan mendekapku
Derunya mendekap lebih mesra
Sayangnya esok pagi, masih ada matahari

Dan kutahu
Aku tahu satu hal
Dan, aku harus rela
Jika engkau mencari jawaban kegelisahan hidup

Aku menunggu malam berputar lagi
Untuk mngulang hujan yang deras, bersamamu.
Aku buatkan kopi untukmu, sedikit pait, tak karuan mungkin
Api unggun dan tenda akan menemani pagi kita.

Akan ada suatu malam ketika kata yang tak terucapkan tak lagi mampu disembunyikan

Mungkin tak harus hujan
Karena waktu milik kita
Pada hari itu
Pada detik itu

Suatu saat nanti,
Aku ingin mengajakmu naik ke atas genteng
Tunjukkan padaku bintangmu, bintang yang paling kau sukai
Menghabiskan seluruh sunyimu, sepanjang malam

Ya, waktu milik kita
Dan aku tak akan khawatir lagi
Karena kau meyakinkanku

Aku juga takkan khawatir lagi untuk menangis di depanmu
Untuk merintih sendu kepadamu
Untuk terbahak-terbahak

Mungkin kita harus belajar kesabaran dari hujan,
Sabar untuk mengumpulkan embun dan uap
Menjadikannya gumpalan
Mungkin, kilatan itu yang meneteskan air

Suatu hari itu jika waktu nya telah tiba
Aku minta kau tak melepaskan genggaman saat kita menuju ke genteng itu

Jika waktu itu tiba, tak ada lagi yang perlu untuk disembunyikan
Malam itu akan jadi malam penuh bintang

Dan kita akan mulai menghitungnya hingga tanpa sadar mentari telah Terbit

Waktu telah kau bekukan
Dalam keheningan malam itu
Hanya kata, dan kita

Maka, jika kau mau kau bisa menumpahkan segala
Dan akan kudekap semua
Dan akan kita lakukan itu bersama

Mungkin, hujan itu telah hilang
Tapi tak selamanya
Ia akan kembali
Dan selalu dinanti

Di desa itu, sebuah rumah sederhana
kita akan memanjat genteng
Ku lihat kamu menahan tawa
Sedangkan aku menahan berat badanmu, saat kau meloncat ke genteng
Kau masih saja tertawa

Sesampainya di atas genteng
Kamu punya hutang lebih banyak
Karena punggungku harus segera bersandar
Apakah kau akan menawarkan punggungmu lagi?

Tugasmu belum selesai
Aku akan membantumu menghitung bintang
Tapi kau harus menjelaskannya padaku
Mengartikan malam itu, tanpa kita sadar
Matahari telah terbit

Aku akan menumpahkan segalanya
Sepanjang malam,
dan kita asyik mengulanginya
Lagi

Kadang kita juga tertidur,
Aku terjaga sejenak
Esok pagi, lalu kau membangunkanku
Pelan-pelan, redalah hujan
Selamat tidur Mawar

Dan gw beneran ketiduran heheheheh 😞

Hujan dalam komposisi II
Apakah yang kita harapkan dari hujan?
Mula-mula ia di udara tinggi,
ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam
dingin;

Kemudian melayang jatuh ketika tercium bau
bumi; dan menimpa pohon jambu itu,
tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting,
tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi.

Apakah yang kita harapkan?
Hujan juga jatuh di jalan yang panjang
menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan
kecil, mericik swaranya,
menyusur selokan, terus
mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini.

Bercakap tentang lautan.
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan.

Selamat tidur.

Translate