Sabtu, 13 Agustus 2016

Perawan Tua Dahaga, Duda yang Dipuja-puja


Jakarta - Dia masih mematut di depan cermin. Husaimah, 48 tahun, sudah satu jam ini sibuk berdandan. Tangan kanannya mengambil lipstik dan menggoreskan di bibir keriput itu. Ia mematut lagi mendekati cermin, ada noda gincu yang menempel di giginya. Segera ia menyapunya dengan tisu.

Baginya itu belum selesai. Ia masih harus menggunakan alis mata, maskara, bayangan mata, bulu mata, dan minyak wangi. "Masih lama bu, acaranya sudah segera dimulai," kata Hana, sekretaris pribadinya. Dia mengingatkan bosnya, karena setengah jam terakhir, para krew stasiun televisi sudah menunggunya.

Husaimah dijadwalkan akan mengikuti siaran live, sebuah acara televisi yang dipandu presenter kondang seantero negeri. Presenter itu harus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan seputar kehidupan intim Husaimah. Suatu hal yang paling malas, bagi presenter muda itu.

Kata dia, ada dua hal yang tidak ia sukai dari pekerjaan menjadi seorang presenter di stasiun televisi nasional. Pertama saat mengikuti perintah pemilik saham, dan kedua saat mewancarai narasumber yang sedang mengiklan. Kata dia, "sebelnya" minta ampun.

Husaimah adalah satu di antara orang yang saat itu sedang mengiklan di televisi itu. Praktis presenter harus mengikuti semua keinginan dia. Hari itu dia dijadwalkan untuk wawancara siaran langsung selama satu jam. Bahkan Husaimah telah meminta Hana menyiapkan draft pertanyaan yang nanti akan ditanyakan presenter kepadanya.

"Bentar-bentar, sabar kenapa, ini sudah kelar," kata Husaimah sembari mematut di depan cermin untuk sekali lagi. "Tas mana tas?" Hana sigap menyodorkan tas mahal berlapis emas, untuk bos tuanya. "Saya sudah membayar mahal, "masak" nunggu sebentar saja tidak mau," ucap dia sambil "ngeloyor" jalan menuju ruang studio.

Husaimah duduk terlebih dulu di sebuah sofa warna ke-emasan, tepat di depan kamera. Semua krew sudah siap mematung untuk bersiap mengudara, siaran langsung. Presenter buru-buru menutup ponselnya dan berjalan ke arah sofa yang sama. Hana berlari kecil menyodorkan salinan pertanyaan ke krew untuk dibaca presenter.

Tanpa basa-basi para krew memberi aba-aba dengan hitungan jari, dalam tiga detik lagi impian Husaimah terlaksana. Aba-aba itu adalah kotak pandora bagi presenter untuk membuka pertanyaan dan memperkenalkan Husaimah.

Dia membaca running teks yang berjalan di depannya. "Selamat malam pemirsa, malam ini kita kedatangan tamu spesial. Seorang pengusaha muda, kaya-raya," ia memicingkan mata. "Seorang single, cantik, dan masih pe-ra-wan-ting-ting," katanya mengalir terbata-bata sambil terheran. Gumamnya, ini running teks yang paling to the point.

Belum selesai presenter itu menuntaskan pembukaan, Husaimah sudah mengambil-alih acara. Kakinya menyilang, tangannya melambai, matanya memicing centil, dan bibirnya telah bergerak melontarkan seribu kata-kata.

Semangatnya yang menderu membuat ia lupa, bahwa presenter belum mengajukan sekalipun pertanyaan. Justru ia telah memperkenalkan dirinya sendiri lebih detail. Bahwa dirinya adalah seorang konglomerat, seorang pengusaha sukses, cantik, populer, dan tentunya mengaku digandrungi banyak pria. "Saya memberi kesempatan kepada para lelaki untuk menjadi suami yang soleh," ujarnya tanpa henti.

Di tempat yang jauh, seorang duda sedang duduk menyilangkan kaki di meja kerjanya. Ia terbahak-bahak saat secara kebetulan melihat tayangan siaran langsung Husaimah. Pria bernama Suhoki itu tergeleng-geleng; "Maklhuk dari mana dah, kenapa masih ada perempuan sebodoh ini," katanya terbahak-bahak.

Sebatang cerutu ia sulut. Di antara kepulan asap yang keluar dari mulut dan hidungnya, ia puas menertawakan Husaimah. Bahkan ia memanggil staf pribadinya untuk melihat momen itu. Ia ingin memberi tahu bahwa ternyata ada wanita di dunia ini yang konyol dan tak realistis. Sekretarisnya hanya tertawa kecil melihat kejadian itu.

Tak lama perempuan muda dan cantik itu menyodorkan ponsel. Di dalamnya ada berbagai aplikasi sosial media yang suda penuh dengan pemberitahuan. Rata-rata berisi pesan pujian dan ajakan kencan dari fans yang dikirim untuk dia, seorang selebritis nasional.

Bagi para wanita muda, sosok Suhoki adalah lelaki yang paling digandrungi di negeri itu. Dalam serial drama yang ia lakoni. Suhoki adalah tokoh protagonis yang memerankan pahlawan pembasmi kejahatan. Tidak heran, para gadis remaja tergila-gila padanya. Tak ketinggalan, para ibu-ibu yang luput dari perhatian suami mereka juga ikut menjadi penggemar berat Suhoki.

Dia meraih ponsel dari stafnya sembari mengulang-ulang pernyataan bahwa ia hanya perlu menjentikkan jari untuk membuat perempuan jatuh hati padanya. Dia merasa menjadi orang paling populer dan tak perlu biro jodoh atau bahkan mengiklan di stasiun televisi. "Televisi yang mencari-cari, bukan saya yang butuh dia."

Katanya, pantang baginya untuk menggunakan televisi sebagai ajang cari jodoh. Sampai saat ini pun, ia memegang komitmennya, sambil menghisap cerutu terakhir. Sesekali ia mengintip jendela, puluhan gadis masih mematung di depan kantornya.


Selasa, 02 Agustus 2016

Abad Pencerahan, Berkembangnya Rasionalisme dan Sosiosentrisme

blogspot


Ada tiga arus utama dalam perjalanan teori sosial di dunia, khususnya dalam filsafat Barat. Menurut Seidman, ketiga arus itu adalah sosiosentris pencerahan, tradisi revolusioner, dan romantisisme. Karl Marx melatarbelakangi itu dan menyebut perubahan sosial itu sebagai produk atau materialisme.

Arus Pencerahan diperkirakan terjadi sekitar abad ke-18. Di mana para pemikir eropa berusaha mengubah pola pikir. Dengan cara memisahkan pengaruh-pengaruh keagamaan di pemerintahan. Sebelum ini terjadi, ada juga sebuah gerakan budaya yang berkembang pada abad ke-14 yang disebut Renaissance di Italia. Gerakan ini disebut sebagai upaya secara intelektual untuk belajar dan meningkatkan sekulerisme.

Di sini masyarakat mulai memahami pentingnya diskusi ilmiah. Diperkirakan masa produktif masa pencerahan terjadi di sekitar 1687 hingga 1789 masehi. Gerakan ini awalnya digelorakan untuk menentang dominasi agama, saat itu menganggap ilmu sebagai sihir. Ada berbagai persoalan lain, di mana orang-orang saat itu telah meninggalkan teori klasik.

Di era pencerahan, ada dua arus utama yang berkembang saat itu di Eropa. Pertama adalah arus obyektivis dan arus sosiosentris. Kata Seidman, obyektivis itu seperti menggabungkan rasionalisme dan empiris. Tapi ada kritikan terkait kelemahan rasionalisme dan empiris terkait pemahaman objek di luar dari cakupan rasionalitas.

Misalnya saja, bagaimana anda memastikan bahwa mimpi adalah representasi dari kehidupan sosial yang sudah dialami oleh seseorang. Sigmund Freud mengatakan mimpi seperti jalan bebas hambatan seseorang menuju alam bawah sadar. Mimpi dikatakan dia sebagai manifestasi keinginan alam bawah sadar. Tapi bagaimana Freud mengatakan itu rasionalitas? Ada banyak hal lain, yang tidak bisa dijangkau hanya dengan rasionalitas.

Sedangkan sosisentris memulai dengan asumsi bahwa manusia hanya terbentuk dalam masyarakat. Seidman berpendapat, sosiosentris mengkritik keras terhadap individualisme yang melekat dalam teori kontra-sosial, egosentrisme. Termasuk juga gambaran pra-sosial individu yang melekat di banyak teori.

Dalam teori psikologi, egosentrisme adalah sifat dasar manusia, begitu juga sosiosentrisme. Freud memprakarsai pemikiran ini, tentang ego bergulat dengan dorongan seksual bawah sadar. Di sisi yang lain ada tuntutan-tuntutan yang timbul dari superego untuk mengekang dan menyangkal. Beberapa pengkritik psikoanalisis berupaya mempertahankan sisi kritis dan radikal doktrin Freud untuk menganalisis wacana subjektivitas dan hasrat.

Sebenarnya dari sini ada garis pemisah yang tegas antara pramodern dan modern. Mitos yang berkembang, masyarakat modern lebiih harmonis dan bersatu tanpa perubahan dan konflik budaya. Sementara masyarakat modernlah yang terobsesi dengan kekuasaan, makin beraneka-ragam, dan transformatif. Garis besarnya, Eropa lama dulu bertumpu pada kekeliuargaan, tanah, agama, komunitas lokal, dan kekuasaan monarki. Sementara setelah abad ke-18 selesai, datanglah modernitas ditandai dengan adanya demokratisasi dan industrialisasi.

*resensi bacaan

Translate