Hari itu hujan membisu
Kita saling menatap terbius oleh pekat hitam di masing masing
mata
Tanpa ada kata kita tertawa
Mungkin kita sudah gila
Aku bisa melihat siapapun
Menatap mata siapapun
Tak ada tidak, lalu kutelusuri tengkuk
jiwanya
Semua manusia.
Tapi tidak dengan malam itu,
Aku bahkan tak berani melihat matamu.🙈
Aku terlalu kecil untuk menyadari
Mengendalikan
Atau bahkan, hanya sebatas merasakan
Suatu kali, aku meledak-ledak seperti
lubang pistol
Lalu mendadak tercekat,
atau juga menangis di belakangmu
Aku tak pandai mengisyaratkan
Tak lihai menyembunyikan
Hujan, aku merasakan tetesnya.
Malam itu waktu bergerak seperti biasanya
tanpa pernah ada yang mampu menghentikan
Tapi hari itu hujan dan dirimu berkonspirasi
merebut waktu untuk dijadikan milikmu seorang
Lalu dengan tawamu aku dipenjarakan
Aku ingin tahu banyak tentang Orion
Lebih banyak lagi
Saat subuh, awan bakal tersibak
Gerimis kecil sirna
Dan kita di antara pohon sendu yang
memetakan bintang-bintang yang tersusun.
Aku ingin melakukannya lagi,
Lagi dan lagi,
Sepanjang bulan, sepanjang waktu
Sampai nanti, kau tak kulihat lagi.
Ah, dia lagi
Pria yang terburu buru
Pergi melepas segala
Punggung itu lamat menjauh
Dalam diam tanpa ada jawaban
Ketakutan mendadak memburu
Sesak memenuhi dada
Tidak belum saatnya
Aku masih selalu membayangkan
Dulu saat masih kecil
Aku menangis, sejadi-jadinya
Karena melihat ibuku pergi mengambil
sarang ayam tanpaku
Aku sedang cemburu, saat ibuku
meninggalkanku
Ada perasaan yang aneh,
Ya, sungguh egois
Rasanya sahabatku hanya untukku
Ternyata aku harus belajar untuk cukup
dewasa
Melihat sahabatku, juga memiliki sahabat
lain
Melihat dia tertawa dengan orang lain
dan aku melewatkan sesuatu
Senyumannya, dari kejauhan
Aku mengamati nya dari sudut mataku
Tak bergeming entah apa yang dipikirkannya
Sekali dua kali aku terpancing untuk menyapanya
Tapi urung, aku tak ingin menganggunya
Ah, apa yang sedang dipikirkannya
aku tak tahu.
Kepergiannya satu satunya yg dijanjikannya
Apa bedanya dengan berteman dengan kesendirian
Hujan ini makin deras
Tapi angin itu makin kencang mengoyang air hujan yang jatuh
Ah, apa yang harus kulakukan
Aku akan tetap jalan di belakang,
Tepat di belakang,
Memastikan bahwa semuanya baik-baik saja
Aku tahu bagaimana rasanya kopi itu
Tapi tak ada yang tahu bagaimana rasa
kopiku
Aku seperti sudah gila dengan diri
sendiri
Memastikan bahwa tak ada orang lain yang
bisa menyakiti
Derap kakinya menggetarkanku
Saat aku kedapatan menyimpan benda itu
Perlu engkau tahu
Aku rajin mencuri benda itu.
Hujan,
malam ini sungguh deras
Aku ingin tidak melakukan apa-apa
Aku hanya perlu melihat tetesannya jatuh
Ternyata kita sedang beradu di titik
yang sama
Ku dengar lirihmu, kau dengar
Kita hanya terdiam
Hujan ini semakin deras.
Derap hati mengimbangi dengan cepat
Bayangan itu tidak berhasil kutangkap
Kekalutannya tak berhasil kudekap
Mungkin aku egois
Lagi, ketakutan ini meyergap
hanya ketidakpastian yang menanti
Ah, lagu itu menggema di telinga
Mungkin kita memang rasa yang tepat di waktu yang salah
Lalu kita melakukan hal-hal bodoh
Hal-hal gila hingga konyol
Sesederhana hujan menumbuk nurani kita
Kita melihat langit yang sama
Dari kabut menjelma,
menjadi surut yang lenyap
Keheningan itu menyengat telinga,
kita tertidur di langit yang sama
Bulu mataku menjelma
Menahan butiran air hujan
Ada sesuatu yang menyusup di hatiku.
Aku tak pernah tahu dengan datangnya
waktu
Aku ingin waktu semacam ini tak pernah
usai
Ketika hujan mendekapku
Derunya mendekap lebih mesra
Sayangnya esok pagi, masih ada matahari
Dan kutahu
Aku tahu satu hal
Dan, aku harus rela
Jika engkau mencari jawaban kegelisahan
hidup
Aku menunggu malam berputar lagi
Untuk mngulang hujan yang deras,
bersamamu.
Aku buatkan kopi untukmu, sedikit pait,
tak karuan mungkin
Api unggun dan tenda akan menemani pagi
kita.
Akan ada suatu malam ketika kata yang tak terucapkan tak lagi
mampu disembunyikan
Mungkin tak harus hujan
Karena waktu milik kita
Pada hari itu
Pada detik itu
Suatu saat nanti,
Aku ingin mengajakmu naik ke atas
genteng
Tunjukkan padaku bintangmu, bintang yang
paling kau sukai
Menghabiskan seluruh sunyimu, sepanjang
malam
Ya, waktu milik kita
Dan aku tak akan khawatir lagi
Karena kau meyakinkanku
Aku juga takkan khawatir lagi untuk
menangis di depanmu
Untuk merintih sendu kepadamu
Untuk terbahak-terbahak
Mungkin kita harus belajar kesabaran
dari hujan,
Sabar untuk mengumpulkan embun dan uap
Menjadikannya gumpalan
Mungkin, kilatan itu yang meneteskan air
Suatu hari itu jika waktu nya telah tiba
Aku minta kau tak melepaskan genggaman saat kita menuju ke
genteng itu
Jika waktu itu tiba, tak ada lagi yang perlu untuk disembunyikan
Malam itu akan jadi malam penuh bintang
Dan kita akan mulai menghitungnya hingga tanpa sadar mentari
telah Terbit
Waktu telah kau bekukan
Dalam keheningan malam itu
Hanya kata, dan kita
Maka, jika kau mau kau bisa menumpahkan segala
Dan akan kudekap semua
Dan akan kita lakukan itu bersama
Mungkin, hujan itu telah hilang
Tapi tak selamanya
Ia akan kembali
Dan selalu dinanti
Di desa itu, sebuah rumah sederhana
kita akan memanjat genteng
Ku lihat kamu menahan tawa
Sedangkan aku menahan berat badanmu,
saat kau meloncat ke genteng
Kau masih saja tertawa
Sesampainya di atas genteng
Kamu punya hutang lebih banyak
Karena punggungku harus segera bersandar
Apakah kau akan menawarkan punggungmu
lagi?
Tugasmu belum selesai
Aku akan membantumu menghitung bintang
Tapi kau harus menjelaskannya padaku
Mengartikan malam itu, tanpa kita sadar
Matahari telah terbit
Aku akan menumpahkan segalanya
Sepanjang malam,
dan kita asyik mengulanginya
Lagi
Kadang kita juga tertidur,
Aku terjaga sejenak
Esok pagi, lalu kau membangunkanku
Pelan-pelan, redalah hujan
Selamat tidur Mawar
Dan gw beneran ketiduran heheheheh 😞
Hujan dalam komposisi II
Apakah yang kita harapkan dari hujan?
Mula-mula ia di udara tinggi,
ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam
dingin;
Kemudian melayang jatuh ketika tercium bau
bumi; dan menimpa pohon jambu itu,
tergelincir dari daun-daun, melenting di atas genting,
tumpah di pekarangan rumah, dan kembali ke bumi.
Apakah yang kita harapkan?
Hujan juga jatuh di jalan yang panjang
menyusurnya, dan tergelincir masuk selokan
kecil, mericik swaranya,
menyusur selokan, terus
mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini.
Bercakap tentang lautan.
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan.
Selamat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar