Sabtu, 09 Agustus 2014

Redaksional, Sejarah Panjang Majalah Tempo



Pada tahun 1969, sejumlah mahasiswa berangan-angan membuat sebuah majalah berita mingguan. Singkatnya, terbitlah majalah berita mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan dan rekan sejawatnya keluar dari Ekspres pada 1970 (Pemimpin Redaksi Tempo, Daru Priyambodo). 
Sementara itu, pada saat yang bersamaan pemilik Majalah Djaja, Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, minta agar Majalah Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya-sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI.
Untuk menjalankan gagasan tersebut, kemudian dilakukan pertemuan tripartite antara Yayasan Jaya Raya-yang dipimpin Ir. Ciputra, orang-orang mantan majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Menurut Pemimpin Redaksi pertama Majalah Tempo, Goenawan Mohamad, ihwal penamaan Tempo lantaran kata ini mudah diucapkan. Terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media berkala yang jarak terbitnya longgar, yakni mingguan. Mungkin juga karena dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat, Time yang sudah lebih dulu terkenal.
Edisi perdana majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971.  Dengan rata-rata usia awaknya yang masih 20-an, Tempo tampil beda dan diterima masyarakat. Dengan mengedepakan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka, Tempo diterima masyarakat.
Tempo digagas sebagai bagian dari pembaruan media massa di Indonesia yang pada saat itu kebanyakan media massa terkekang dengan rezim orde baru. Karena sering menyuarakan kebebasan pers dan mengkritik pemerintahan saat itu, Tempo dibredel untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers). 
Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada Juni 1994. Untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal kapal bekas dari Jerman Timur. 
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo -dan tercerai berai akibat bredel- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali. 
Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdanago public dan menjual sahamnya ke publik dan lahirlah PT. Tempo Inti Media Tbk. (PT.TIM) sebagai penerbit majalah Tempo (yang baru). Pada tahun yang sama (2001), lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media harian. 
Sebaran informasi di bawah bendera PT TIM Tbk, terus berkembang dengan munculnya produk-produk baru seperti majalah Tempo Edisi Bahasa Inggris, Travelounge (2009) dan Tempo Interaktif. Kemudian menjadi Tempo.co serta Tempo News Room (TNR), kantor berita yang berfungsi sebagai pusat berita media Group Tempo. Tempo juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV, kerja sama dengan kantor berita radio KBR68H (Wikipedia). 
Awalnya portal berita TEMPO.CO ini lahir dengan nama Tempo Interaktif  (www.tempointeraktif.com). Portal online itu dikembangkan sejak 1995. Mereka hadir menjawab akan kebutuhan informasi yang mudah dibaca dan bisa dipercaya.
Dalam perjalanannya, portal TEMPO Interaktif, banyak mengalami pembenahan.  Pada 2008, Tempo Interaktif  tampil  dengan wajah baru dan sajian berita yang berkualitas. Sepanjang 2009 dan 2010, Tempo Interaktif telah berkembang lebih jauh. Dari sisi jumlah berita yang ditampilkan, misalnya, kini rata-rata jumlahnya sehari telah mencapai 300 berita. Jumlah pengunjung pun meningkat pesat.
Catatan Google Analytics menyebutkan bahwa sepanjang 2010 terjadi peningkatan jumlah pengunjung Tempo Interaktif sebesar 190 persen, yaitu dari rata-rata 1 juta pengunjung naik menjadi 3,5 juta pengunjung per bulan. Sementara itu, jumlah halaman yang dibuka oleh satu pengunjung juga mengalami peningkatan menjadi 11 juta halaman per bulan. Yang menarik pendapatan iklan Tempo Interaktif pada 2010 ikut mengalami peningkatan sebesar 26 persen.
Seiring dengan meningkatnya tren akses mobile, Tempo Interaktif juga mengembangkan aplikasi yang bisa diakses via telepon seluler, BlackBerry, iPhone, iPad, dan tablet Android. Jumlah pengakses Tempo Interaktif via mobile meningkat lebih dari 500 persen. Tempo Interaktif juga mengembangkan aplikasi iPad dan Android untuk majalah-majalah Grup Tempo, seperti Tempo, Tempo Edisi Bahasa Inggris,  dan produk TEMPO lainnya.

Di kuartal akhir 2011, manajemen TEMPO setuju untuk mengubah nama portal TEMPO Interaktif menjadi TEMPO.CO. Langkah perubahan ini merupakan bagian dari upaya TEMPO meningkatkan kualitas dan menyempurnakan sajian produk. Lebih dari itu, pengubahan ini juga mengindikasikan langkah serius TEMPO untuk mengembangkan sebuah produk media yang mampu mencerdaskan poembacanya. Pengubahan nama portal menjadi TEMPO.CO ini, sekaligus menandai bahwa TEMPO MEDIA memulai langkah untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai konvergensi media, (memadukan semua bentuk media).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate