Pada tahun 1969, sejumlah
mahasiswa berangan-angan membuat sebuah majalah berita mingguan. Singkatnya,
terbitlah majalah berita mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan
pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri,
Christianto Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara
jajaran redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan dan
rekan sejawatnya keluar dari Ekspres pada 1970 (Pemimpin Redaksi Tempo, Daru
Priyambodo).
Sementara itu, pada
saat yang bersamaan pemilik Majalah Djaja, Harjoko Trisnadi sedang mengalami
masalah. Majalah milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang
dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan
Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, minta agar Majalah
Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya-sebuah yayasan yang berada di
bawah Pemerintah DKI.
Untuk menjalankan
gagasan tersebut, kemudian dilakukan pertemuan tripartite antara Yayasan Jaya Raya-yang dipimpin Ir. Ciputra, orang-orang
mantan majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah
berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Menurut Pemimpin
Redaksi pertama Majalah Tempo, Goenawan Mohamad, ihwal penamaan Tempo lantaran
kata ini mudah diucapkan. Terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat
sebuah media berkala yang jarak terbitnya longgar, yakni mingguan. Mungkin juga
karena dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat, Time yang
sudah lebih dulu terkenal.
Edisi perdana majalah
Tempo terbit pada 6 Maret 1971. Dengan
rata-rata usia awaknya yang masih 20-an, Tempo tampil beda dan diterima
masyarakat. Dengan mengedepakan peliputan berita yang jujur dan berimbang,
serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka, Tempo
diterima masyarakat.
Tempo digagas sebagai
bagian dari pembaruan media massa di Indonesia yang pada saat itu kebanyakan
media massa terkekang dengan rezim orde baru. Karena sering menyuarakan
kebebasan pers dan mengkritik pemerintahan saat itu, Tempo dibredel untuk
pertama kalinya.
Pada tahun 1982, untuk
pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim
Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan
kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo diperbolehkan terbit
kembali setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel
dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen
Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers).
Makin sempurna mekanisme
internal keredaksian Tempo, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya.
Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang
sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada Juni 1994. Untuk kedua kalinya Tempo
dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai
terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal kapal bekas
dari Jerman Timur.
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo -dan tercerai berai akibat bredel- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo -dan tercerai berai akibat bredel- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.
Untuk meningkatkan
skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT.
Arsa Raya Perdanago public dan menjual sahamnya ke publik dan lahirlah PT.
Tempo Inti Media Tbk. (PT.TIM) sebagai penerbit majalah Tempo (yang baru). Pada
tahun yang sama (2001), lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.
Sebaran informasi di
bawah bendera PT TIM Tbk, terus berkembang dengan munculnya produk-produk baru
seperti majalah Tempo Edisi Bahasa Inggris, Travelounge (2009) dan Tempo
Interaktif. Kemudian menjadi Tempo.co serta Tempo News Room (TNR), kantor
berita yang berfungsi sebagai pusat berita media Group Tempo. Tempo juga
mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV, kerja sama dengan
kantor berita radio KBR68H (Wikipedia).
Awalnya portal berita TEMPO.CO ini lahir dengan nama
Tempo Interaktif (www.tempointeraktif.com).
Portal online itu dikembangkan sejak 1995. Mereka hadir menjawab akan kebutuhan
informasi yang mudah dibaca dan bisa dipercaya.
Dalam perjalanannya, portal TEMPO Interaktif, banyak
mengalami pembenahan. Pada 2008, Tempo Interaktif tampil
dengan wajah baru dan sajian berita yang berkualitas. Sepanjang 2009 dan 2010,
Tempo Interaktif telah berkembang lebih jauh. Dari sisi jumlah berita yang
ditampilkan, misalnya, kini rata-rata jumlahnya sehari telah mencapai 300
berita. Jumlah pengunjung pun meningkat pesat.
Catatan Google Analytics menyebutkan bahwa sepanjang 2010
terjadi peningkatan jumlah pengunjung Tempo Interaktif sebesar 190 persen,
yaitu dari rata-rata 1 juta pengunjung naik menjadi 3,5 juta pengunjung per
bulan. Sementara itu, jumlah halaman yang dibuka oleh satu pengunjung juga
mengalami peningkatan menjadi 11 juta halaman per bulan. Yang menarik
pendapatan iklan Tempo Interaktif pada 2010 ikut mengalami peningkatan sebesar
26 persen.
Seiring dengan meningkatnya tren akses mobile, Tempo Interaktif juga
mengembangkan aplikasi yang bisa diakses via telepon seluler, BlackBerry,
iPhone, iPad, dan tablet Android. Jumlah pengakses Tempo Interaktif via mobile meningkat lebih dari 500 persen.
Tempo Interaktif juga mengembangkan aplikasi iPad dan Android untuk
majalah-majalah Grup Tempo, seperti Tempo, Tempo Edisi Bahasa Inggris,
dan produk TEMPO lainnya.
Di kuartal akhir 2011, manajemen TEMPO setuju untuk mengubah
nama portal TEMPO Interaktif menjadi TEMPO.CO. Langkah perubahan ini merupakan
bagian dari upaya TEMPO meningkatkan kualitas dan menyempurnakan sajian produk.
Lebih dari itu, pengubahan ini juga mengindikasikan langkah serius TEMPO untuk
mengembangkan sebuah produk media yang mampu mencerdaskan poembacanya.
Pengubahan nama portal menjadi TEMPO.CO ini, sekaligus menandai bahwa TEMPO
MEDIA memulai langkah untuk mengembangkan apa yang disebut sebagai konvergensi
media, (memadukan semua bentuk media).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar