Sabtu, 22 Maret 2014

LIMIT: Konglomerasi Rezim Media Massa

Penulis Essay: Senja Hidayat

Lahirnya kebebesan pers di Indonesia tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang menginginkan informasi yang berkualitas tanpa pembredelan, atau bahkan swasensor. Dapat dilihat selama lebih dari satu dekade ini, kemajuan media massa di tanah air seperti menuai hadiahnya. Kebebasan pers melahirkan rezim media. Tidak ada bayang-bayang publik yang tidak bisa dikuak oleh para pemburu berita. Bahkan untuk memperoleh segala informasi bagi publik, banyak di antaranya disiplin jurnalisme mengajarkan metode penguakan masalah dengan cara investigasi. Salah satu bukti adalah yang dilakukan oleh harian Indonesia Raya pada tahun 1969 dan 1972 yang menguak kasus korupsi di Pertamina dan Badan Logistik.

Namun seiring dengan kehebatan kebebasan pers, media massa mempunyai senjata untuk melindungi pemiliknya. Ibarat anjing yang tidak akan pernah menggigit tuannya. Para wartawan suatu perusahaan besar semisal Jawa Pos tidak akan menguak kasus korupsi di sektor BUMN. Lalu TV One hanya akan meliput korban lumpur Lapindo saat Aburizal Bakrie memberikan kucuran ganti rugi begitu seterusnya dengan perusahaan lainnya. 
Dapat dicatat, seluruh media massa terkenal di indonesia hanya dikuasai oleh 13 perusahaan maupun perorangan saja. Siapa lagi mereka kalau bukan pimpinan MNC Group, Hari Tanus Hary Tanoesoedibjo, lalu Kompas Gramedia Group milik Jacob Oetomo, Elang Mahkota Teknologi milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja, Mahaka Media dipunyai oleh Abdul Gani dan Erick Tohir, CT Group dipunyai Chairul Tanjung, Beritasatu Media Holdings Group milik James Riady, Media Group milik Surya Paloh, Media Asia (Bakrie & Brothers) milik Anindya Bakrie, Jawa Pos Group milik Dahlan Iskan dan Azrul Ananda, MRA Media milik Adiguna Soetowo dan Soetikno Soedarjo, Femina Group milik Pia Alisyahbana dan Mirta Kartohadiprodjo, Tempo Inti Media milik Goenawan Mohamad, Media Bali Post Group (KMB) milik Satria Narada.
Setidaknya hal itu menjadi pemicu lahirnya media massa ekstream atau partisan dengan idealis sebagai media alternatif masyarakat.__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate