Siapa yang tidak kenal dengan lokalisasi Dolly? Ya, tempat prostitusi legendaris di Surabaya. Tempat prostitusi terbesar di Asia Tenggara kini tinggal sejarah. Tidak terkecuali dengan semua aktivitas dan hiruk-pikuk para hidung belang berburu mangsa.
Pascapenutupan pada 18 Juni lalu, praktis suasana Dolly berubah drastis. Biasanya, lalu lalang kendaraan selalu padat di kawasan Kupang Gunung Timur dan sekitarnya, tapi kini tak terlihat lagi.
Alunan musik diskotek yang biasa mengiang di balik pintu dihiasai kerlap-kerlip lampu juga kita tak lagi dijumpai. Hampir seluruh wisma tutup. Meski begitu, tidak dipungkiri jika beberapa wisma memutuskan tetap beroperasi, caranya dengan mengubah tempatnya menjadi rumah karaoke.
Saat enciety.co menelusuri kawasan tersebut, sedikitnya 5 tempat karaoke tetap buka di siang hari. Di sepanjang jalan tersebut ada beberapa pria yang menawarkan pekerja seks komersial (PSK) secara terselubung kepada warga asing yang melalui jalan tersebut. Memang, meski sudah ditutup, eks lokalisasi Dolly tak sepenuhnya lumpuh. Denyut prostitusi belum seluruhnya bisa dibasmi.
Perubahan wajah Dolly juga sangat kentara saat kita mengunjungi satu wisma, tepatnya di jantung Gang Dolly. Namanya Wisma Barbara. Wisma itu dulunya menjadi ikon lokalisasi Dolly. Selain paling megah, Wisma Barbara merupakan yang tersbesar. Barbara letaknya di sebelah kanan bisa masuk dari Jalan Jarak. Barbara sendiri ada dua wisma, wisma pertama bangunan satu lantai dan wisma ke dua bangunan empat lantai. Barbara juga memiliki banyak calo. Hal ini PSK barbara tidak sedikit, sekitar 200 orang dan 40 pekerja.
Wisma Barbara sekarang telah dibeli Pemkot Surabaya. Nilainya sekitar Rp 9 miliar. Di rumah setinggi 6 lantai tersebut, kini menjadi pusat pembelajaran masyarakat kawasan eks lokalisasi Dolly. Tepatnya, menjadi pusat koperasi pembuatan sepatu dan Broadband Learning Centre (BLC), tempat belajarinformation and technology (IT).
Saat enciety.co masuk ke sana, sisi kanan gedung nampak petugas Linmas dari Kecamatan Sawahan selalu bersiaga silih berganti siang dan malam. Di sebelah tempat Limas berjaga ada ruang parkir kendaraan yang dulunya digunakan untuk tempat duduk tamu-tamu wisma. Plakat bertuliskan “Wisma Barbara” juga telah dicopot. Pun dengan Aquarium (tempat memamerkan PSK) juga sudah dibongkar. Kaca aquarium diganti dinding tembok. Di bekas tempat memajang wanita-wanita penjaja syahwat itu saat ini menjadi tempat pelatihan belajar komputer. Ada 9 unit komputer yang disedikan Pemkot Surabaya siap dioperasikan.
Praktis, tempat tersebut sudah berubah tidak lagi mirip sebuah wisma. Hanya saja, meski telah berubah fungsi, masyarakat sulit melupakan nama Wisma Barbara. Buktinya. mereka kini menamai pusat pelatihan tersebut dengan BLC Barbara.
Saban hari, ada dua instruktur di BLC Barbara. Mereka mengajari berbagai program komputer. Mulai dari office, desain, dan internet. Masyarakat yang ingin belajar cara menggunakan internet pun sangat banyak. Sedikitnya, 500 warga datang silih berganti mulai dari anak-anak hingga ibu rumah tangga.
Instruktur perintis BLC Barbara, Amrullah, menceritakan pascapenutupan eks Lokalisasi Dolly, ada 50 PSK yang mengikuti kelas di BLC. Para mantan PSK tersebut belajar cara menggunakan dan mengoperasikan komputer.
“Saya mengajak para mantan PSK mulai dari tingkat RT hingga RW. Kemudian saya kenalkan, dan saya pun menyosialisasikan tentang pentingnya belajar IT. Ternyata apresiasi mereka sangat tinggi. Karena selama ini mereka kebanyakan hanya bisa menggunakanfacebook dan twitter melalui smartphone tapi tidak bisa menggunakan komputer,” katanya.
Kata dia, para mantan PSK yang menjadi siswanya tersebut terbilang masih muda. Usianya rata-rata 28-35 tahun. Amrullah mengajari mereka cara menggunakan komputer, mengoperasikan office, membuat e-mail, blog, belajar penggunaan internet, hingga membuatkan desain sepatu.
“Setelah mengikuti program pelatihan selama tiga bulan, sekarang mereka sudah bisa banyak hal. Saya mengapresiasi dari seorang yang harus melayani tamu sudah melakukan perubahan besar dengan ikut belajar IT di BLC. Di BLC mereka dapat hal-hal baru. Misalnya sekarang sudah bisa menggunakan komputer, sekarang juga ada pelatihan dari dinas disperindag buka produksi sepatu,” jelasnya
Menurut Amrullah, perubahan itu dirasakannya saat para mantan PSK tersebut sudah bisa menggunakan komputer dan berbagai fitur. Pengetahuan mereka tentangfacebook, twitter, blog, dan berbagai sosial media lain, tidak digunakan sebagai sarana untuk menggeluti dunia prostitusi. Justru sebaliknya, para mantan PSK telah berusaha keras untuk bisa membuka peluang usaha memasarkan sepatu hasil produksinya.
Hal inilah membuat bapak tiga anak dan sebentar lagi diberi momongan anak keempat ini, bangga dengan kerja kerasnya mengajari para mantan PSK. Meski begitu, diakui Amrullah, pekerjaannya menjadi instruktur di bekas sempat mendapat protes dari sang istri.
“Kalau istri saya pernah cemburu. Saat saya dipindahtugaskan di BLC Barbara, istri saya kaget, kenapa kok di Dollysih? Lihat tempatnya kelihatan serem,” katanya. Dia pun menjelaskan saja santai saja, ”Ini kan bagian tugas, harus dikerjakan sungguh-sungguh.”
Amrullah tidak lama di BLC Barbara. Sebulan setelah ditempatkan disana, ia dia dipindah tugas ke BLC lain. Ini karena kebijakan dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya untuk selalu merotasi instruktur setiap bulannya. (diterbitkan di enciety.co/bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar