Rabu, 07 Januari 2015

Tahun Ini, Ekspor Tekstil Indonesia akan Rajai ASEAN



tempo.co

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang kalah dengan sejumlah negara di ASEAN seperti India dan Singapura, namun di beberapa sektor ekonomi Indonesia memiliki peluang yang lebar dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang.

Ini jika melihat pertumbuhan industri tekstil di Indonesia, yang mengalami peningkatan signifikan. Pasalnya industri tekstil saat ini membuka peluang pada ekspor tekstil Indonesia yang akan merajai tingkat ASEAN.

Ini dibuktikan dengan nilai ekspor tekstil dari tahun ke tahun yang menunjukkan sintemen positif. Dari catatan Kementerian Perindustrian RI dan Enciety Business and Consult tahun 2014 saja, total nilai ekspor tekstil Indonesia pada 2012 mencapai USD 12,4 miliar.

Pada tahun yang sama nilai impor tekstil hanya USD 6,8 miliar saja. Artinya industri tekstil Indonesia sudah mampu menopang kebutuhan tekstil di dunia.

Tren ekspor tekstil ini juga terlihat stabil pada tahun-tahun berikutnya. Pasalnya pada 2013 lalu, total nilai ekspor Indonesia meningkat tipis dibanding tahun lalu, dengan perolehan nilai USD 12,6 miliar.

Namun, jika ditinjau dengan masuknya barang impor tekstil, maka ini mengalami penurunan. Karena kebutuhan impor tekstil pada 2013 mengalami peningkatan menjadi USD 7,1 miliar.

Artinya banyak kebutuhan pokok khususnya sandang dan pangan masih banyak bergantung dengan negara lain. Ini sangat mengkhawatirkan, mengingat kran pasar bebas pada 1 Januari 2015 akan resmi dibuka. Semua perdagangan akan keluar-masuk Indonesia secara bebas.

Jika sumber daya tidak disiapkan secara maksimal, khususnya pada peluang ekspor tekstil maka bisa dimungkinkan kebutuhan tekstil Indonesia juga akan ditopang negara lain. Hal ini tentunya membutuhkan peran semua pihak untuk bersinergi mengola sumber daya yang ada untuk menghadapi pasar bebas ASEAN.

Meskipun begitu, sentimen positif terhadap peluang menjadi pemasok tekstil di tingkat ASEAN masih terbuka lebar. Pasalnya, dalam kurun waktu tiga bulan saja yakni Januari hingga Maret nilai ekspor tekstil Indonesia mencapai USD 3,1 miliar. Sedangkan untuk impor tekstil pada kurun waktu yang sama hanya USD 1,6 miliar saja.

Tentunya untuk mendukung kesiapan menghadapi MEA 2015 mendatang, Indonesia juga memerlukan pematangan kualitas dan kuantitas produksi. Untuk mewujudkan itu, pemerintah juga harus mendorong industri mulai dari besar hingga kecil untuk berani melakukan terobosan-terobosan pasar.

Pasalnya dari sumber Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur saja, meski jumlah industri Mikro, Menengah, hingga besar mengalami peningkatan yang signifikan tapi ternyata masih banyak industri kecil yang gulung tikar.

Dari catatan BPS pada 2014 dapat dilihat, jumlah unit usaha industri kecil mengalami penurunan dari 119.811 unit usaha pada 2011, menjadi 73.317 unit usaha saja pada 2012. Artinya terdapat penurunan yang signifikan dalam kurun waktu satu tahun tersebut.

Di satu sisi, untuk industri besar mengalami peningkatan dari 5.777 pada 2011 menjadi 5.865 unit usaha pada 2012. Sedangkan untuk industri Mikro dan menengah mengalami peningkatan lebih dari 20 ribu unit usaha. Pasalnya pada 2011 tercatat hanya 905.385 unit usaha saja, namun pada 2012 melonjak drastis menjadi 922.967 unit usaha.

Meski secara umum jumlah indutri mengalami peningkatan yang signifikan. Perlu diwaspadai adanya kesenjangan sosial yang tinggi. Pasalnya jika melihat keganasan pasar bebas, bisa dimungkinkan para pelaku industri kecil turut gulung tikar dan hanya menjadi mayarakat konsumtif saja. Atau dalam istilahnya hanya menjadi penonton tanpa ikut berlaga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate