sumber foto Tempo.co |
Tidak akan
kita pungkiri, transformasi teknologi dan informasi dewasa ini membentuk kelas
tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Namun apa penyebabnya? Pada dasarnya,
setiap era memiliki budayanya tersendiri. Mengutip Goerge Ritzer mempunyai
definisi tersendiri terkait fenomena ini. Dia menggambarkan bahwa teori-teori
sosial menjadi cikal dari perubahan era di dalam masyarakat.
Dalam
pergeseran era tersebut pasti ditandai oleh berbagai elemen penunjang.
Faktornya bisa terjadi karena pelbagai permasalahan yang terjadi di lingkup
masyarakat. Seperti yang terjadi pada awal abad ke-21 ini, peran teknologi
telah menggeser kebudayaan dan bahkan sosial politik masyarakat. Satu indikasi
yang sederhana adalah ketergantungan manusia akan ponsel. Dalam
perkembangannya, alat komunikasi ini bahkan telah menjelma sebagai piranti gaya
hidup, life style.
Intelektual
biasanya menyebut sebagai konsumtivisme modern. Adam Smith menggambarkan bahwa
komoditas yang dibutuhkan masyarakat memiliki karakterial material yang sanggup
memenuhi kebutuhan manusia. Ini biasanya digunakan untuk mengekspresikan
eksploitatif di antara orang sebagai obyek relasi di antara obyek-obyek.
Tidak
heran jika dewasa ini berbagai produk teknologi sudah menjadi kebutuhan dasar
masyarakat. Perkembangan kecanggihan gadget, kendaraan, dan berbagai teknologi
aplikatif lainnya bukan hanya sebagai kebutuhan semata, melainkan hedonisme.
Industri memanfaatkan ini sebagai pangsa pasar yang potensial. Jika begitu,
jangan terkejut jika kita merasa masyarakat membeli mobil atau ponsel karena
kecanggihan tawaran fiturnya.
Data dari Kementerian Perindustrian 2012 lalu mencatat bahwa penjualan
mobil setiap tahunnya lebih dari sejuta kendaraan. Ditambah penjualan motor
yang membumbung hingga 8 juta kendaraan per tahun. Belum lagi bicara tentang
gadget, hampir dalam setahun ada beberapa kali keluaran produk baru yang diburu
masyarakat.
Sayangnya angka yang fantastis ini belum bisa mengangkat perekonomian
masyarakat. Justru ini menjadi beban karena hanya menjadikan masyarakat yang
konsumtif. Meminjam orasi Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dalam setiap
kesempatan, masyarakat hanya menjadi penonton di negeri sendiri.
Kita sempat takjub saat Mantan Presiden Ke-3, Profesor B.J. Habibie pada 10
Agustus 1995 silam membuat langkah berani dengan membuat pesawat. Pesawat yang
dinamakan N-250 Gatotkaca ini menjadi momentum dimulainya Kebangkitan Teknologi
Nasional. Pada awalnya, penetapan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
dimaksudkan untuk menekankan dan menanamkan kesadaran bangsa sejak usia dini
akan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuannya pasti untuk mewujudkan pembangunan nasional yang
berkesinambungan. Dalam artian, berdikari secara ekonomi. Mampu menjadi tuan di
negeri sendiri, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mewadahi kreativitas anak
bangsa untuk mengembangkan teknologi. Ini adalah satu di antara indikator
pencapaian kesehjateraan masyarakat.
Hematnya, ini yang menjadi pemikiran para intelektual kita sampai saat ini.
Dalam beberapa kesempatan, fakta ini memang sudah menjadi ‘makanan’ ringan
dalam pengantar sebuah diskusi. Pada akhirnya, kritik-kritik yang berkembang
kebanyakan hanya menjadi hegemoni dalam kelas program studi masing-masing
disiplin ilmu.
Kita berharap permasalahan ini bisa terpecahkan dengan cara sinergitas.
Mengajak berbagai elemen masyarakat baik pemerintah maupun kaum intelektual
berpikir dalam satu meja. Kemudian merumuskan dan menganalisa segala
kemungkinan yang akan berkembang di kemudian hari. Diskusi ini, kami anggap
lebih efektif jika insan pers dilibatkan untuk ikut tercenung dalam berpikir.
Karena bagaimana pun
itu, pers bisa dikatakan adalah salah satu tolok ukur dari entitas sebuah
bangsa. Kami yakin bahwa realitas pemberitaan yang tidak berbobot akan
berdampak masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh: sudut pandang insan pers yang
pragmatis saat melaporkan tren selvie di masyarakat cukup memiriskan. Karena dampaknya
membuat masyarakat memiliki kecenderungan untuk konsumtif yang diciptakan dari
hegemoni bahwa selvie adalah bagian dari gaya hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar