Minggu, 04 Januari 2015

Mengunjungi Wisma Barbara, Ikon Eks Lokalisasi Dolly (3)

27 Pekerja Pemasok Sepatu Ardiles Belum Terima Bayaran
Puluhan ibu rumah tangga terdampak esk lokalisasi Dolly yang bergabung di KUB Mampu Jaya di bekas Wisma Barbara saat bekerja membuat sepatu olahraga untuk menyuplai kebutuhan Ardiles.
Semuanya telah berubah. Kemegahan Wisma Barbara yang menjadi ikon eks lokalissi Dolly kini telah sirna. Berganti dengan tempat teguh yang melahirkan banyak aktivitas kreatif dan inovatif yang bisa mendulang rupiah.
Saat ini, di lantai satu bekas wisma Barbara dijadikan tempat usaha warga. Seperti yang terlihat di KUB Mampu Jaya tersebut telah menampung puluhan warga terdampak eks lokalisasi Dolly untuk membuat sepatu.
Setiap hari, ada 27 ibu rumah tangga yang kerja di kawasan tersebut. Setelah mendapat bantuan 20 unit mesin jahit dari Disperindag Jawa Timur, para ibu-ibu tersebut bisa membuat seribu pasang sepatu setengah jadi dalam sebulan. Setelah itu, mereka kirimkan ke perusahaan Ardiles untuk masuk ke proses berikutnya.
“Ya seneng, Mas. Daripada nganggur di rumah kan lebih baik kerja. Tapi kerjanya ini borongan. Jadi ini kan ada KUB Mampu Jaya yang kelola,” aku Sabrina, salah seorang pekerja saat ditemui enciety.co di BLC Barbara.
Namun sayangnya, menurut Sabrina, selama lebih dari dua bulan telah mengirimkan seribu pasang sepatu, tapi 27 karyawan belum terima upah.
“Katanya sih digaji Rp 6 ribu per sepatu, tapi sampai saat ini kami belum dibayar sepeser pun. Ya akhirnya saya tidak bisa membantu suami untuk menambah penghasilan. Saya kalau makan gitu pulang ke rumah masing-masing, kan dekat dari rumah,” bebernya.
Selain Sabrina, juga ada ibu-ibu lain seperti Sutriyanti dan Ida yang mengeluh dengan terlambatnya pembayaran upah tersebut. Bahkan Sutriyanti meminta agar Disperindag Jatim membayarkan gaji mereka. “Kalau seperti ini terus ya nggak kuat, Mas,” tuturnya.
Di KUB Mampu Jaya tersebut, setiap hari ibu-ibu dapat mengasilkan puluhan pasang sepatu setengah jadi. Ada beberapa ibu-ibu diberi tugas menjahit sepatu, lainnya bertugas memberi lem sepatu, dan ibu lainnya bertugas mengemas sepatu untuk dikirimkan lagi ke perusahaan sepatu bola, Ardiless.
Sayangnya, saat dihubungi enciety.co, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Jatim Warno Harisasono belum memberikan tanggapan atas belum dibayarnya para ibu rumah tangga tersebut. Berulangkali dihubungi via telepon genggamnya tidak diangkat. SMS yang dikirim juga tidak dibalas.
Adanya temuan dari enciety.co puluhan pekerja Ardiles yang belum dibayar gajinya selama dua bulan oleh Ardiles ditanggapi serius Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Surabaya.
Kepala Disperdagin Surabaya Widodo Suryantoro mengaku akan segera mengubungi pihak Ardiles untuk membahas sistem kerja antara perusahaan dengan warga terdampak eks lokalisasi Dolly.
“Jadi gini, para pekerja yang ada di sana (warga eks Dolly yang tergabung KUB Mampu Jaya), dulu BPIP (Bantuan Pembangunan Infrastruktur Pedesaan) itu melatih mereka dengan harapan mereka dapat pekerjaan yang sudah ada. Pabrik sepatu (Ardiles) yang membutuhkan tenaga ini kebetulan teman-teman yang terdampak sudah dilatih, kemudian dengan harapan mereka akan dapat dari pelatihan begitu,” kata Widodo.
Dikatakan Widodo, harusnya warga yang bekerja di koperasi Mampu Jaya tersebut mendapatkan gaji sesuai dengan jumlah pasang sepatu yang sudah diproduksi warga. Setelah dikirim, harusnya warga mendapatkan upah. Tapi sementara ini siapa yang nantinya akan menggaji para warga terdampak tersebut masih belum jelas.
“Memang di sana hasilnya (gaji) itu adalah besarnya jumlah sepatu yang bisa diproduksi. Di situ baru dia bisa dapat uang setelah dikirim ke pabrik. Karena semuanya fasilitasnya dari Kementerian BPIP kita hanya menyiapkan orangnya dan tempatnya juga. Kalau mesin jahit, termasuk gaji mereka (perusahaan),” bebernya.
Pihak Pemkot Surabaya sendiri tidak tahu menahu terkait gaji yang belum dibayarkan selama dua bulan tersebut. Tapi kata Widodo pihaknya terus memantau melalui kelurahan.
“Pemkot tidak bisa menggaji karena tahun ini berakhir anggarannya. Selain itu, yang diuntungkan dari produksi sepatu juga pihak perusahaan. Makanya kalau pekerja nanti kita gaji sementara yang menggunakan ardiles kan gimana. Makanya kita masih cari formulasinya, apa saja yang memungkinkan,” tuturnya.
Dalam waktu dekat ini, atau di minggu awal tahun depan, Widodo akan menemui pihak PT Ardiles Ciptawijaya untuk membicarakan formulasi gaji untuk KUB Mampu Jaya. Pihaknya juga memastikan bahwa, tunggakan gaji selama dua bulan ini akan dikoordinasikan dan memastikan bahwa 27 warga yang bekerja mendapatkan upahnya.
“Ini kita dalam waktu yang tidak terlalu lama kami akan bertemu dengan pihak Ardiles untuk mencari solusi ini, kalau ada hambatan. Awal Januari kami masih menghubungi. Termasuk gaji dua bulan terakhir itu sudah pasti akan digaji. Karena itu borongan mereka dapat sekian ribu pasang sepatu terus dikali sekian rupiah, pasti digaji. Cuma nunggu pembicaraan, nanti ke depannya kita formalisakan seperti apa,” imbuhnya.
Sementara itu, pihak Ardiles saat dihubungienciety.co melalui nomor perusahaan yang tertera di dalam website tidak kunjung menjawab telepon. Telepon yang dihubungi selalu sibuk. (diterbitkan encietymco/habis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate